Biosolar, atau sering disebut biodiesel, merupakan salah satu bentuk bahan bakar alternatif yang bisa mengurangi dampak negatif dari penggunaan bahan bakar fosil. Biodiesel terbuat dari sumber nabati atau biomassa, seperti minyak kelapa sawit.
Bahan bakar ini cenderung ramah lingkungan karena mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) dan partikulat. Namun, seperti halnya semua teknologi, biodiesel juga memiliki tantangan dan kompromi yang perlu dipertimbangkan dalam upaya pengolahan energi secara berkelanjutan.
Apa Itu Biosolar dan Perbedaan antara Solar dan Biosolar
Biodiesel semakin mendapatkan perhatian dalam upaya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil konvensional. Komposisi biodiesel cukup unik karena mencampurkan bahan bakar solar (diesel) dengan bahan organik atau biomassa.
Perlu Anda ketahui bahwa solar (diesel) dan biodiesel adalah dua jenis bahan bakar yang digunakan dalam industri transportasi dan produksi energi. Meskipun memiliki kesamaan sebagai bahan bakar cair, keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Berikut beberapa aspek yang menentukan perbedaan solar dan biosolar, yaitu:
1. Sumber Bahan Bakar
Bahan bakar solar atau diesel diperoleh dari pengolahan minyak bumi. Diesel merupakan bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui dan terbatas dalam sumbernya.
Biodiesel, di sisi lain, terbuat dari campuran bahan bakar solar dengan bahan organik atau biomassa, seperti minyak kelapa sawit. Biomassa adalah sumber energi terbarukan yang bisa diperbaharui.
2. Dampak Lingkungan
Bahan bakar solar konvensional menghasilkan emisi gas rumah kaca yang tinggi, seperti karbon dioksida (CO2), ketika dibakar. Emisi gas rumah kaca ini berkontribusi pada pemanasan global dan perubahan iklim.
Biodiesel, di lain pihak, cenderung memiliki dampak lingkungan lebih rendah karena biomassa yang digunakan adalah sumber energi terbarukan. Meskipun tetap menghasilkan emisi, emisi CO2 dari biodiesel sering kali lebih rendah daripada diesel.
3. Kadar Sulfur
Solar konvensional dapat memiliki kadar sulfur yang cukup tinggi. Kadar sulfur ini dapat menyebabkan pencemaran udara dan membahayakan kesehatan manusia serta lingkungan.
Biosolar umumnya memiliki kadar sulfur yang lebih rendah atau bahkan tidak ada sulfur sama sekali. Hal ini menjadikannya lebih ramah lingkungan dan mengurangi risiko pencemaran udara.
4. Kekuatan Proses Oksidasi
Proses oksidasi pada solar konvensional menghasilkan lebih banyak partikel berbahaya dan pencemaran udara, seperti partikulat dan nitrogen oksida (NOx). Sementara itu, proses oksidasi biodiesel cenderung lebih rendah, menghasilkan emisi yang lebih bersih.
Bahan Pembuat Biosolar
Sumber bahan bakar biodiesel yang tersedia di pasaran berasal dari berbagai minyak nabati. Sumber-sumber minyak ini diperoleh dari aneka jenis buah dan tanaman dengan kondisi pertumbuhan yang baik di Indonesia, antara lain:
- Biji kacang tanah.
- Buah kelapa sawit.
- Tanaman nyamplung.
- Buah kemiri.
- Biji kapuk.
- Biji jarak pagar.
Proses Pembuatan Biosolar
Biosolar adalah bahan bakar yang mencampurkan solar dan biomassa. Proses pembuatannya melibatkan beberapa metode yang berbeda, sebagai berikut:
1. Penggunaan Langsung dan Pencampuran (Blending)
Proses ini melibatkan penggunaan minyak nabati langsung dalam mesin diesel. Namun, tidak semua mesin diesel cocok untuk menggunakan minyak nabati tanpa modifikasi.
Mesin injeksi langsung turbocharged, seperti truk, biasanya memerlukan modifikasi. Konsumsi energi juga serupa dengan penggunaan biodiesel.
2. Proses Micro-Emulsion
Proses micro-emulsion melibatkan campuran keseimbangan mikrostruktur cairan yang terdiri dari minyak nabati, bahan bakar diesel, alkohol, surfaktan, dan penambah setana. Campuran ini membantu mengurangi viskositas biodiesel dan meningkatkan angka setana.
Namun, perlu Anda ketahui bahwa, penggunaan berkelanjutan dapat menyebabkan masalah, seperti perlekatan jarum injektor, pembentukan endapan karbon, dan pembakaran yang tidak lengkap.
3. Pirolisis
Pirolisis adalah proses konversi suatu zat menjadi bentuk lain dengan pemanasan di bawah kondisi tanpa oksigen. Pirolisis dapat diterapkan pada berbagai bahan, termasuk minyak nabati dan lemak hewani.
Proses ini akan memutuskan ikatan kimia dalam bahan dan menghasilkan molekul yang lebih kecil. Namun, karakterisasi kimia pirolitik sulit karena variasi produk reaksi.
4. Transesterifikasi
Transesterifikasi merupakan cara paling umum dalam memproduksi biodiesel. Transesterifikasi menciptakan reaksi kimiawi antara minyak nabati dan alkohol untuk menghasilkan asam lemak alkil ester (biodiesel) dan gliserol. Proses ini memerlukan katalis, seperti natrium hidroksida.
Jenis-Jenis Biosolar
Ada beberapa jenis biodiesel yang didistribusikan secara luas di Indonesia. Berikut beberapa jenis biodiesel yang perlu Anda ketahui:
- B100, yaitu biodiesel murni yang terbuat dari sumber nabati dan dapat digunakan pada mesin atau motor diesel. Produk ini berupa ester metil asam lemak yang diproduksi melalui proses esterifikasi dari lemak hewani atau minyak nabati.
- B50, yaitu biodiesel yang terdiri dari 50% bahan nabati dan 50% bahan bakar solar.
- B30, terdiri dari 30% biodiesel dan 70% bahan bakar minyak solar.
- B40 adalah evolusi dari program B30 dengan komposisi yang lebih tinggi dalam hal biodiesel, yakni sebesar 40%.
- B20, terdiri dari 20% bahan nabati dan 80% bahan bakar solar.
Kelebihan dan Kekurangan Biosolar
Biodiesel dapat mengurangi dampak negatif dari konsumsi bahan bakar fosil, tetapi juga membutuhkan perhatian terhadap tantangan dan potensinya dalam mendukung keberlanjutan energi. Anda perlu menyimak uraian berikut untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan biodiesel secara mendalam.
Kelebihan biodiesel, antara lain:
- Biodiesel lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan bakar fosil.
- Penggunaan biodiesel dapat mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) dan partikulat dibandingkan dengan diesel.
- Mengurangi ketergantungan pada minyak bumi dan meningkatkan diversifikasi sumber energi.
- Meminimalkan limbah yang dibuang secara signifikan.
- Membantu mencegah dampak buruk terhadap lingkungan akibat penggunaan bahan bakar fosil.
Kekurangan biodiesel, yaitu:
- Memiliki efisiensi energi yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan solar konvensional, terutama jika proses produksinya tidak dioptimalkan dengan baik.
- Produksi biosolar dari tanaman pangan, seperti minyak kelapa sawit, telah menimbulkan kontroversi karena persaingan dengan produksi pangan dan dampak terhadap deforestasi serta habitat alam.
- Proses produksi biodiesel memerlukan investasi awal yang signifikan dalam infrastruktur dan peralatan.
Kekurangan yang ada pada biodiesel bukan menjadi alasan untuk melewatkan penggunaan bahan bakar alternatif ini. Anda justru perlu mempertimbangkannya dengan serius agar biodiesel menjadi bahan bakar yang lebih umum digunakan dibanding diesel konvensional.
Biosolar merupakan alternatif yang menjanjikan bagi keberlanjutan energi. Anda juga bisa mulai menggunakan LNG gas dari PGN LNG Indonesia untuk mengurangi emisi gas CO2 hingga 25%. Kontribusi terhadap pencegahan pemanasan global adalah tanggung jawab bersama.